My Montessori Journey… Begins!

Perkenalan saya dengan sebuah metode pendidikan anak bernama Montessori sebenarnya bukanlah dimulai sekarang-sekarang ini. Pertama kali saya mengenal metode Montessori adalah ketika saya mengikuti kursus singkat tentang metode pendidikan ini sekitar 2 tahun lalu, yaitu sekitar pertengahan tahun 2016.

Kursus tersebut saya ikuti di sebuah sekolah Montessori di kawasan BSD bernama Rumah Montessori. Sang empunya sekolah yang bernama Miss Ivy Maya Savitri adalah seseorang yang sangat ramah dan menyenangkan. Beliau pula yang memberikan kami pelatihan tentang metode pendidikan Montessori selama kurang lebih lima hari. Bahkan saya menambah pelatihan selama satu hari untuk mengerti tentang sistematika penilaian siswa dengan metode ini.

Selesai pelatihan tersebut, dengan sejumlah pengetahuan yang masih hangat dalam kepala saya untuk diterapkan kepada anak-anak, ingin sekali saya segera mempraktikkannya kepada kedua anak lelaki saya. Namun sayang, tantangan yang mesti saya hadapi begitu banyak. Mulai dari manajemen waktu saya yang masih berantakan, keterbatasan lokal di rumah saya untuk bisa totally menerapkan metode ini, skala prioritas saya yang masih amburadul, sampai ketidakcukupan dana untuk membeli aparatus Montessori yang asli. Memang sih, penerapan metode ini dalam pendidikan anak-anak di rumah tidak mesti menggunakan aparatus asli; bahkan kita bisa membuatnya dengan tutorial DIY yang bertebaran di Pinterest. Hanya saja saya berpikir, bukankah kalau saya sedikit-sedikit mengumpulkan aparatus Montessori yang saat ini digunakan anak saya, kemudian hari ketika mereka dewasa, aparatus tersebut bisa saya gunakan juga untuk membuka sekolah Montessori?? Sebenarnya itu pikiran jangka panjang saya, kenapa saya lebih memilih untuk membeli asli daripada hanya membuat DIY.

Singkat cerita, di sinilah saya berada. Di perputaran waktu ketika anak sulung saya saat ini sudah berusia 6 tahun dan anak kedua saya sudah berusia 4 tahun; dengan janin dalam rahim saya yang beranjak menuju usia 4 bulan. Alhamdulillah. Saya baru menyadari bahwa anak-anak saya semakin beranjak besar dan saya bertanya-tanya dalam diri saya, sudah cukupkah pendidikan dan pengasuhan yang selama ini saya berikan kepada mereka? Sudah siapkah mereka keluar dari rumah saya dengan membawa keimanan mereka hanya kepada Allah dan nilai-nilai Islam dalam kata dan perilaku mereka?? Dan saya pun tak sanggup menjawab pertanyaan saya sendiri. Bukan karena saya tak tahu jawabannya, tapi justru karena saya masih merasa kurang, bahkan minus, dalam mengasuh dan mendidik mereka selama ini.

Maka dari itu, saya mengaktifkan blog ini lagi untuk merekam perjalanan saya bersama anak-anak dalam menerapkan metode Montessori di rumah kami dan dalam keseharian kami. Alhamdulillah dalam satu bulan ke depan keluarga kami akan memiliki rumah pribadi. Di rumah itu saya menyiapkan dua area yang khusus untuk pendidikan anak-anak. Area pertama adalah perpustakaan dengan luas sekitar 5×2,5 meter; sehingga koleksi buku dan alat tulis kami bisa tersusun dengan rapi. Kedua adalah area taman dalam rumah berukuran 2×2 meter yang akan saya fungsikan juga untuk ruang main dan santai untuk anak-anak. Dengan ketersediaan lokal baru ini, saya harap metode Montessori bisa benar-benar kami aplikasikan dalam kehidupan anak-anak. Tak apa, meskipun saya harus, mungkin, mengulang tahapan-tahapan mereka yang seharusnya sudah terlewat. Tak apa, meskipun saya, mungkin, agak terlambat mengoptimalkan periode sensitif mereka. Satu hal yang pasti, mereka adalah para calon amal jariyah saya. Maka tak boleh ada kata lelah, apalagi berhenti dalam membersamai mereka; selama Allah masih mengizinkan saya bernafas. Insya Allah.

Dalam memulai sesuatu, bahkan berjanji untuk konsisten di situ, tak mungkin jika kita tidak melakukannya secara fokus dan bertujuan. Pun dengan perjalanan Montessori yang saya lakukan bersama anak-anak saat ini. Untuk menguatkan kefokusan dan mengokohkan konsistensi, saya sampai menghapus beberapa lini masa saya seperti Instagram, Facebook, bahkan sampai WhatsApp. Jadi saat ini, fungsi gawai saya hanyalah untuk sms dan telepon, ber-YouTube dengan tujuan edukasi untuk anak-anak, dan ber-Pinterest dalam rangka mencari ide kegiatan bersama anak-anak. Sisanya, yaaa… hanya bisa Google, BukaLapak, dan Tokopedia.

Kenapa sih, saya mesti memisahkan diri dari media sosial seperti itu? Sebenarnya alasannya sangat pribadi. Karena rupanya pikiran saya sampai saat ini, masih mudah sekali teralihkan fokusnya dengan berbagai hal menarik yang bertebaran di media sosial. Mulai dari kepo dengan status teman-teman saya di WA, atau penasaran dengan InstaStory mamah-mamah muda yang juga mendidik sendiri anak mereka di rumah, bahkaaan sampai video-video singkat yang lagi hits di Instagram. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan ke-kepo-an itu. Sayangnya, itu menyedot waktu produktif saya dan melalaikan saya. Maka saya memilih untuk memutus saja semua jalur media sosial tersebut.

Alhamdulillah, dengan memutus jalur media sosial tersebut, saya menjadi lebih fokus, bahkan saya bisa rutin membaca buku-buku Montessori setiap hari. Berikut beberapa judul buku tentang metode Montessori yang ada dalam koleksi pribadi saya:

1.The Absorbent Mind oleh Maria Montessori

2.Rahasia Masa Kanak-kanak oleh Maria Montessori

3.Metode Montessori oleh Maria Montessori

4.Montessori Play and Learn oleh Lesley Britton

5.Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar: Aktivitas Belajar untuk Anak Balita oleh David Gettman

6.Child’s Play: Permainan dan Aktivitas Montessori untuk Bayi dan Batita Anda oleh Maja Pitamic

7.Teach Me To Do It My Self oleh Maja Pitamic

8.55 Kegiatan Matematika Montessori di Rumah oleh Elvina Lim Kusumo

9.Jatuh Hati pada Montessori oleh Vidya Dwina Paramita

20181109_15324120181109_153412

(Buku Jatuh Hati pada Montessori, sebenarnya saya juga punya. Tapi saat sesi foto ini, buku itu lupa saya sisipkan. Hehehe.)

 

Baiklah. Sekian tulisan awal dari pembaruan blog ini. Semoga besok saya bisa menuliskan hal yang lebih bermanfaat lagi seputar Montessori, pendidikan rumah dan pengasuhan Islam.

Sampai jumpa!

 

 

Be the first to reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.