Kemenangan Itu, Bonus dari Allah, Nak!

Masha Allah Tabaarakallah… Pekan lalu, salah satu anak kami yang bernama Mas H, alhamdulillah memenangkan turnamen catur di levelnya. Saat ini Mas H terdaftar sebagai siswa pre-basic di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA). Kami mendaftarkannya sekitar awal Desember 2021. Jadi saat ini, dia sudah kursus catur di SCUA sekitar empat bulan.

Kalau boleh saya bercerita sedikit latar belakang kami mendaftarkan Mas H adalah karena konsistensinya terhadap permainan catur. Sekitar dua setengah tahun lalu, sebenarnya saya membelikan catur untuk Abang J. Tujuan saya membelikannya catur adalah untuk melatih thinking skill Abang J yang menurut saya masih tidak seoptimal anak seusianya. Tak disangka, ternyata Mas H yang lebih menyukai bermain catur dan tidak pernah terlihat bosan sedikit pun.

Awalnya saya mengira kesukaan itu akan berlalu begitu saja. Ditambah lagi, emosional Mas H yang masih labil dan selalu marah-marah kalau dirinya kalah. Kemudian suatu ketika, suami saya bilang, “Mas, kamu mau nggak, kalau main caturnya semakin jago?” Lalu Mas H menjawab, “Mau.” Kemudian suami saya melanjutkan, “Tapi syaratnya, setiap kamu main dan kalah, kamu nggak boleh marah-marah. Nanti ayah daftarin kamu ke kursus catur.” Nah, sejak saat itu, Mas H berlatih menahan dirinya untuk tidak marah-marah kalau kalah bermain catur.

Waktu beberapa pekan berlalu sejak persyaratan tersebut disetujui Mas H. Saya pun secara tidak sengaja melihat status WA teman saya yang mendaftarkan anaknya ke SCUA. Kemudian informasi ini saya sampaikan kepada suami dan beliau setuju untuk mendaftarkan Mas H ke SCUA.

Proses pendaftaran ke SCUA cukup mudah. Pertama kali saya mengkontak admin, kemudian admin meminta saya untuk mentransfer sejumlah uang untuk pendaftaran dan biaya kelas selama bulan pertama. Saat itu saya mentransfer sebesar Rp.300.000 kalau tidak salah. Biaya pendaftaran sebesar Rp.50.000 dan biaya SPP bulan pertama sebesar Rp.250.000. Setelah proses pembayaran tersebut selesai (oiya, sebelumnya saya diminta dulu untuk membuat akun di web SCUA), kemudian Mas H harus mengikuti placement test. Hasil placement test ini yang akan menentukan nantinya Mas H akan belajar di level apa.

Menurut hasil placement test, Mas H bisa masuk di level basic. Ini adalah level kedua di SCUA, dengan level sebelumnya adalah pre basic. Namun, ketika satu atau dua kali Mas H mengikuti pembelajaran di kelas Basic, saya melihat Mas H kebingungan. Bukan hanya Mas H, bahkan kami yang orang tuanya saja, kebingungan saat mendampingi. Kami kebingungan karena ada banyak istilah dalam catur dan sistem penulisan notasi catur yang belum kami pahami. Dengan keadaan demikian, akhirnya saya meminta kepada admin SCUA untuk menurunkan level Mas H ke pre basic. Saya pikir, kami mengikutsertakan Mas H ke SCUA ini bukanlah untuk sesegera mungkin menjadi jago. Di balik itu semua, hal yang paling penting adalah Mas H memahami permainan catur dari dasarnya. Sehingga memulai dari level pre basic pun bagi kami tidak masalah. Mas H pun sepakat dengan pertimbangan kami.

Oke, itu sedikit cerita tentang latar belakang Mas H mengikuti SCUA. Nah, di bulan Maret ini, saya tak menyangka bahwa Mas H bisa memenangkan turnamen level yang diadakan oleh SCUA. Jadi turnamen ini adalah turnamen rutin yang biasa diadakan setiap bulan untuk setiap levelnya. Mas H baru ikut turnamen level ini di bulan Februari. Karena sebelum-sebelumnya, saya masih merasa belum terlalu penting untuk mengikuti turnamen level. Tapi kemudian menurut pemikiran suami, mungkin jam terbang Mas H dalam bertanding catur harus mulai ditambah dengan mengikuti turnamen-turnamen kecil yang diadakan oleh SCUA.

Saat jadwal turnamen bulan Maret ini, sebenarnya bertepatan dengan agenda Mas H ikut ke kantor suami. Ini memang sudah menjadi jadwal rutin di keluarga kami. Nanti deh, saya bikin tulisan tersendiri mengenai agenda anak-anak ikut ke kantor ayahnya dan mengapa hal tersebut penting dalam rangka melatih mereka berperan sebagai seorang lelaki. Namun, meskipun Mas H harus bertanding catur di kantor suami, hal itu tidak menyurutkan semangat Mas H. (Oiya, turnamen catur ini diadakan secara online melalui www.lichess.org.) Ketika jadwal turnamen tiba, sebenarnya itu berdekatan dengan waktu shalat ashar. Bahkan saat itu, Mas H pun sedang kelelahan dan sejenak tidur siang di susunan kursi kantor yang dia susun sendiri. Mas H biasanya lama sekali saat dibangunkan dari tidur dan seringkali masih enggan beranjak dari kasurnya. Tetapi ketika dibangunkannya untuk mengikuti turnamen catur, Mas H langsung sigap. Hehehe. Dia bangun, kemudian shalat ashar (tentu, kami mengajarkan Mas H untuk selalu menomorsatukan Allah, meski waktu turnamen catur sudah hampir dimulai), lalu memulai turnamennya.

Ketika akhirnya Mas H memenangkan turnamen, dia senang sekali. Terlihat betapa wajahnya berseri-seri ketika mengabarkan hal tersebut pada saya di rumah. Dalam kondisi yang sudah nyaman, yaitu ketika Mas H sudah selesai mandi, makan malam, dll, saya pun menyampaikan pesan penting kepadanya.

“Mas, terima kasih ya, Nak, sudah mau mengikuti turnamen dengan fokus dan semangat. Bunda bangga banget sama kamu! Bunda bahagia sekali. Kalau hari ini kamu menang, kamu harus ingat, kemenangan itu datangnya dari Allah, nak! Kemenangan itu hanya bonus dari Allah, karena kamu sudah berusaha dengan sebaik kemampuan yang kamu punya. Terima kasih ya, Nak, kamu sudah mau berusaha. Buat bunda dan ayah, tidak masalah kamu menang atau nggak. Kalau kamu menang, alhamdulillah; kalaupun kami tidak menang, tidak apa-apa. Tapi bunda dan ayah butuh kamu untuk fokus dan berusaha sebaik yang kamu bisa. Paham kan, Nak?”

Kemudian Mas H mengangguk menjawab wejangan saya yang panjang lebar itu. Hehehe. Hari itu pun berakhir dengan menyenangkan dan meninggalkan kenangan manis baik di ingatan Mas H, juga saya dan suami. Masha Allah Tabaarakallah.

Be the first to reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.