How Amazing Me!

Lumrahnya, kita sebagai manusia, seringkali menganggap diri kita tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan orang lain.

Lumrahnya, kita sebagai manusia, seringkali lebih berminat melihat ‘rumput tetangga yang lebih hijau’ dari pada mensyukuri ‘rumput kita sendiri’.

Lumrahnya, kita sebagai manusia, ingin memiliki kesuksesan seperti yang dimiliki orang lain, tanpa tahu seperti apa proses orang tersebut mencapai kesuksesannya.

Aaah… entahlah! Apakah hal yang saya sebutkan di atas benar-benar lumrahnya manusia, atau hanya saya saja yang seringkali, berulangkali, memiliki perasaan seperti itu.

Saya mau cerita sedikit tentang masa kecil saya. Saat ini yang saya ingat, sewaktu kecil saya tergolong anak yang kurang percaya diri. Namun, rasa percaya diri itu hadir jika saya berada di antara orang-orang yang menurut asumsi saya, lebih dari dari saya. Entah saya melihat mereka lebih baik secara fisik, atau keterampilan, atau kekayaan orang tua. Kalau tidak salah, perasaan seperti ini berlangsung hingga saya kuliah, bekerja, dan memiliki anak. Makanya, saya cenderung merasa lebih nyaman berkumpul dengan orang-orang yang ‘itu-itu saja’ dibandingkan harus memasuki komunitas baru. Nah jeleknya, kalau saya merasa orang-orang yang tadinya dekat dengan saya itu menjadi orang yang menurut saya lebih dari saya, maka berangsur-angsur saya akan menjauh dari orang tersebut. Itu karena saya merasa tidak lagi menjadi yang terbaik jika disandingkan dengan orang yang lebih baik tersebut. (Sebenarnya di saat ini ketika saya sudah sedikit memperlajari tentang Talents Mapping, kondisi seperti ini merupakan bakat yang bernama maximizer. Yaitu sebuah bakat yang membuat si empunya selalu menginginkan, menjadi, dan melakukan yang terbaik.)

Alhamdulillah Maha Kuasa Allah yang tidak ingin hamba-Nya kehilangan arah, barulah di usia ke-30 saya merasa menemukan diri saya yang sesungguhnya. Di sinilah segala blind spot dalam diri saya seperti terlihat. Saya bisa melihat diri saya secara gamblang, utuh, menyeluruh, yang tidak sama seperti sebelumnya. Panjang sekali proses tersebut terjadi. Sedikit ceritanya pernah saya tuliskan di web ini dengan judul ‘Bertemu di 30’.

#bersambung

Be the first to reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.