Membaca, menulis, dan berhitung atau yang biasa kita singkat dengan calistung, seringkali menjadi primadona di kalangan orang tua saat membicarakan perkembangan anak masing-masing. Menurut Vidya Dwina Paramita, salah seorang guru anak-anak usia dini yang fokus dalam metode pendidikan Montessori, calistung menjadi sebuah primadona karena itu merupakan salah satu kecerdasan yang bisa dinilai dengan angka dan terlihat secara langsung. Saya pribadi, tidak heran sih, kalau hampir sebagian besar orang tua di Indonesia masih menganggap bahwa, anak usia dini yang lebih cepat bisa calistung berarti lebih cerdas secara kognitif dibandingkan yang belum. Padahal kalau kita mau melihat secara luas, kecerdasan seseorang tidak hanya diukur dari kecepatannya menguasai calistung atau tidak di usia dini.
Bagi keluarga kami sendiri, calistung bukanlah hal mendasar yang mesti anak-anak kami kuasai secara cepat di usia dini mereka. Benar, calistung ini merupakan pondasi bagi mereka untuk dapat mempelajari hal-hal lainnya. Pun calistung sangat penting untuk dikuasai. Namun, waktu mereka harus menguasainya, tidak perlu di usia dini dan dilakukan dengan tergegas. Untuk anak sulung kami, yang saat ini setingkat kelas tiga Sekolah Dasar, kelancaran membaca baru saja dikuasainya sekitar tiga atau empat bulan yang lalu. Untuk urusan menulis, jujur saja, kami masih melatihnya sampai saat ini, supaya tulisannya bisa terbaca dengan baik dan sesuai kualitas tulisan tangan. Sedangkan anak kedua kami, yang saat ini setingkal kelas satu SD, membacanya masih terbata-bata, apalagi tulisan tangannya. Hehehe.
Sebenarnya sebelum kita membicarakan tentang keterampilan calistung dan teknik mengajarkannya, ada beberapa hal yang paling mendasar untuk dituntaskan terlebih dahulu. Hal-hal tersebut adalah:
- Menguatkan otot besar anak
Aktivitas untuk menguatkan otot besar anak ini bisa dilakukan dengan berbagai aktivitas motorik kasar, seperti: mellompat, merangkak, merayap, dan berlari. Dengan melakukan berbagai aktivitas ini, otot dan tulang anak terstimulasi menjadi kuat, sehingga mereka siap berlatih calistung. Di samping itu, menurut neurosains, aktivitas motorik kasar yang berlimpah di usia dini mampu menguatkan batang otak anak, sehingga menstimulasi kemampuannya meregulasi emosi di usia besar kelak.
- Melewati fase perkembangan
Penting bagi kita sebagai orang tua untuk mengetahui chart perkembangan anak-anak pada setiap tahapan usia. Tidak hanya itu, kita pun perlu memastikan bahwa anak-anak kita mampu melewati setiap fase perkembangan tersebut dengan baik.
- Aktivitas koordinasi mata dan tangan
Keterampilan calistung, apalagi membaca dan menulis, tentu membutuhkan harmonisasi antara fungsi mata dan juga tangan. Maka dari itu, menstimulasi anak usia dini dengan berbagai aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan amatlah penting. Contoh dari aktivitas ini seperti: belajar makan sendiri, memakai baju sendiri, memasukkan benda ke wadahnya, meronce, memukulkan palu pada paku, menumbuk cangkang telur, menuang biji-bijian atau cairan, dll.
- Aktivitas stimulasi jari jemari
Kegiatan ini menjadi sangat penting karena saat berlatih keterampilan menulis, tentu anak-anak menggunakan jari-jemarinya untuk memegang alat tulis. Maka otot-otot jari-jemarinya pun harus disiapkan dengan baik melalui beberapa aktivitas seperti: bermain boneka jari, lempar tangkap bola, membuka dan menutup botol, dll.
- Berlatih membedakan bentuk, tekstur, ukuran, berat, serta arah
Saat mempelajari alfabet, tentu anak-anak akan melihat berbagai bentuk dan bunyi yang berbeda. Bahkan, ada beberapa alfabet yang bentuknya berbeda, tetapi terlihat mirip, seperti ‘b’ dan ‘d’ atau ‘p’ dan ‘q’. Latihan menuju hal tersebut dimulai dari kemampuan anak membedakan berbagai bentuk seperti segitiga, lingkaran, persegi, dan lain sebagainya. Kemudian berlanjut hingga membedakan arah kanan dan kiri, berat dan ringan, kasar dan halus, serta besar dan kecil.
- Membacakan nyaring
Keterampilan membaca itu penting, tetapi keterampilan memahami bacaan jauh lebih penting lagi. Bahkan, menumbuhkan dan memupuk kesenangan membaca adalah hal paling penting dari pada sekedar membuat anak bisa membaca. Nah, kecintaan anak terhadap buku dan bacaan tidaklah bisa hadir hanya dalam sekejap. Hal ini harus dilatih dan dibiasakan sedini mungkin, bahkan saat di dalam kandungan. Salah satu caranya adalah dengan membacakan nyari buku setiap hari, selama minimal 15 menit. Kegiatan ini pun bisa menambah kosa kata dan memahami logika dalam bercerita.
Be the first to reply